Rabu, 28 Januari 2009

JABAL RAHMAH : TEMPAT BERTEMUNYA ADAM DAN HAWA


JABAL RAHMAH : TEMPAT BERTEMUNYA ADAM DAN HAWA



Jabal rahmah yang berarti bukit atau gunung kasih sayang, diyakini umat Islam sebagai tempat bertemunya antara Nabi Adam AS dengan isterinya Siti Hawa, setelah diusir oleh Allah dari Surga. Keduanya diusir setelah melanggar larangan Allah, yakni memakan buah Khuldi, akibat tergoda bujuk rayu Iblis.

Peristiwa ini, diabadikan oleh Allah SWT dalam Alquran, surah Al-Baqarah ayat 35 dan 38 serta Al-A'raf ayat 19-25 dan surah Thoha ayat 123. ''Dan kami berfirman, ''Wahai Adam ! Tinggallah Engkau dan istrimu didalam surga, dan makanlah dengan niikmat (berbagai makanan) yang ada disana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon itu (khuldi, red), nanti kamu akan termasuk orang-orang yang zalim.'' (QS 2:35) ''Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan. (QS 2: 36). ''Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.'' (QS 2:38).

Dalam surah Al-A'raf, diusirnya Adam dan Hawa dari surga ini diabadikan pada ayat 24-25. ''Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenangan sampai waktu yang telah ditentukan. Disana kamu hidup, disana kamu mati dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.'' (QS 7:24-25).

Adam dan Hawa diusir dari surga karena melanggar larangan Allah, yakni memakan buah khuldi, akibat bujuk rayu Iblis. Iblis berkata kepada Adam dan Hawa : ''Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (yakni pohon keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?. Lalu keduanya memakannya, hingga tampaklah aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia.'' (QS Thaha (20) : 120-121)

Akibat melanggar larangan tersebut, Adam AS dianggap durhaka kepada Allah SWT dan tersesat, karena mengikuti bisikan Iblis. Menurut sebagian ulama, kesalahan Adam AS ini, meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa, sudah dinamakan durhaka dan sesat, karena tingginya martabat dan kedudukan Adam AS sebagai seorang Nabi yang harus menjadi teladan bagi yang lain.

Adam AS awalnya menolak mengikuti bujukan Iblis. Namun, desakan Siti Hawa yang begitu kuat, akhirnya membuat Adam ikut memakan buah tersebut. Akibatnya, setelah memakan buah tersebut, terlepaslah pakaian mereka sehingga nampak auratnya. Demikian diterangkan dalam An Nihayah fi Gharib Al-Hadits, karya Abu Sa’adaat Ibnul Atsir jilid 3 hlm 158).

Menurut beberapa keterangan, selain Iblis, Adam dan Hawa, yang turut pula diusir dari surga adalah seekor ular. Al-Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thabari RA dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat ke-36 QS Al-Baqarah, membawakan sebuah riwayat dengan sanadnya bersambang kepada para sahabat Nabi SAW seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan lainnya menerangkan : ''Ketika Allah memerintahkan kepada Adam dan Hawa untuk tinggal di surga dan melarang keduanya memakn buah khuldi, Iblis memiliki kesempatan untuk menggoda Adam dan Hawa. Namun, ketika akan masuk ke surga, Iblis dihalangi oleh malaikat. Namun, dengan tipu muslihatnya, Iblis kemudian mendatangi seekor ular, yang waktu itu ia adalah hewan yang mempunyai empat kaki seperti onta, dan ia adalah hewan yang paling bagus bentuknya. Setelah berbasa-basi, Iblis lalu masuk ke mulut ular dan ular itupun masuk ke surga sehingga Iblis lolos dari pengawasan malaikat.'' Karena itulah, mereka semua akhirnya diusir dari surga.

Lalu setelah diusir dari surga, dimanakah Adam dan Hawa diturunkan, dan dimanakah bertemunya? Belum ada keterangan yang paling shahih tentang itu. Namun, sebagian ulama sepakat, bahwa keduanya diturunkan secara terpisah dan kemudian bertemu di Jabal Rahmah, di Arafah.

Menurut Al-Imam At-Thabari dalam Tarikhnya (jilid 1 hlm 121–126), bahwa Mujahid meriwayatkan keterangan Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutthalib yang mengatakan : ''Adam diturunkan dari surga ke bumi di negeri India.'' Abu Shaleh meriwayatkan juga dari Ibnu Abbas yang menerangkan bahwa Hawa diturunkan di Jeddah (Arab : Nenek perempuan) yang merupakan bagian dari Makkah. Kemudian dalam riwayat lain At-Thabari meriwayatkan lagi bahwa iblis diturunkan di negeri Maisan, yaitu negeri yang terletak antara Basrah dengan Wasith. Sedangkan ular diturunkan di negeri Asbahan (Iran).

Riwayat lain menyebutkan, Adam diturunkan di bukit Shafa dan Siti Hawa di bukit Marwah. Sedangkan riwayat lain menyebutkan Adam AS diturunkan di antara Makkah dan Thaif. Ada pula yang berpendapat Adam di turunkan di daerah India, sementara Hawa diturunkan di Irak.

Al-quran sendiri tidak menerangkan secara jelas dimana Adam dan Hawa diturunkan. Alquran hanya menjelaskan tentang proses diturunkanya Adam dan Hawa ke bumi. Lihat Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.

Sementara itu, menurut legenda dalam agama Kristen, setelah diusir dari Taman Eden (surga), Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.

Bila sebagian ulama berselisih pendapat mengenai tempat diturunkannya Adam dan Hawa, namun mereka bersepakat kalau keduanya kemudian bertemu di Jabal Rahmah, setelah terpisah selama ratusan tahun.

Keyakinan bahwa bertemunya Adam dan Hawa di Jabal Rahmah di Arafah itu kemudian dikukuhkan dengan dibangunnya sebuah tugu oleh pemerintah Arab Saudi di tempat tersebut.

Al Imam Al Auza’ie meriwayatkan dari Hasan bin Athiyyah bahwa Adam dan Hawwa’ menangis ketika turun di bumi selama 60 tahun karena menyesali berbagai kenikmatan di surga yang tidak didapati lagi oleh keduanya di bumi ini. Keduanya juga menagis karena menyesali dosa yang dilakukan oleh keduanya. Demikian Ibnu Katsir meriwayatkannya dalam Kitab Al-Bidayah Wa Al-Nihayah, jilid 1 hlm 74. Wa Allahu A'lamu.

n sya


-----00000------

Arafah : Tempat Saling Mengenal



Arafah berarti kenal atau tahu. Di tempat inilah, khususnya jamaah haji dari seluruh dunia, setiap tahunnya saling bertemu untuk melaksanakan salah satu rukun haji, yakni wukuf di padang Arafah.

Arafah memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi umat Islam. Sebab, di tempat inilah, Rasulullah SAW menerima wahyu dari Allah SWT tentang kesempurnaan agama Islam. (QS> Al-Maidah (5) ayat 3).

Disamping hal tersebut, Arafah khususnya di Jabal Rahmah, diyakini sebagai tempat bertemunya nenek moyang manusia pertama di dunia (Adam dan Hawa), setelah diturunkan dari surga. Saat diturunkan ke bumi, keduanya hidup terpisah. Keduanya kemudian saling mencari. Beratus-ratus tahun dalam pencariannya, lalu kedua bertemu di padang Arafah, tepatnya di pegunungan kecil bernama Jabal Rahmah. Kisah mengenai Adam dan Hawa serta perjumpaan mereka di Arafah ini masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut.

Mereka yang sebelumnya hidup di surga dalam kecukupan (tanpa kekurangan), namun karena melanggar larangan Allah, akhirnya harus hidup susah dan penuh perjuangan. Mereka harus menerima pahit getirnya hidup di dunia dan harus berpisah satu sama lain.

Mengapa keduanya bisa bertemu di Arafah? Ada riwayat yang menyebutkan para malaikat mengingatkan Adam dan Hawa, setelah keduanya diturunkan ke bumi (akan tempoat tersebut). Ini dimaksudkan agar mereka mengakui (mengetahui) dosa-dosanya dan memohon ampunan kepada Allah. Kemudian Adam dan Hawa telah mengetahui (arafa) akan kesalahan dan dosa-dosanya. Mereka juga diberitahu (yu'rafu) caranya bertaubat.

Ada pula kisah lain yang menceritakan, saat Jibril memberi tahu Ibrahim cara menunaikan haji di tempat ini. Jibril bertanya: ''Arafta (tahukah Anda?), Ya Ibrahim,'' Ibrahim menjawab: ''Araftu (Aku mengetahui).''

Berdasarkan keterangan ini, Arafah bisa berarti sebagai upaya manusia untuk mengenali Tuhannya. Manusia datang ke tempat tersebut untuk memohon ampun atas segala dosa-dosa dan mengakui kesalahannya dengan penuh kerendahan hati. Di tempat ini, semua manusia (jamaah haji) sama kedudukannya. Tidak ada jabatan, pangkat dan golongan, semuanya sampa di hadapan Allah SWT, kecuali ketaqwaannya.

Pakaian mereka pun sama dan seragam, tidak ada bedanya antara kaya dan miskin, yang pangkatnya tinggi dan rendah. Tidak ada rasa sombong dan angkuh. Semua merendahkan diri mengharap ampunan Ilahi.

Keutamaan Arafah adalah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya: ''Doa yang paling afdhal adalah doa di hari Arafah''. Dalam riwayat lain, Nabi bersabda: ''Tidak ada hari yang paling banyak Allah menentukan pembebasan hambanya dari neraka, kecuali hari Arafah''.

Kemudian melanjutkan perjalanan ke Mina sekitar 5 km untuk melempar jumrah. Kemudian thawaf ifadhah di Makah, Sa'i dan tahallul. Selesailah sudah prosesi ibadah haji. Mereka pulang dengan sebutan haji dan hajjah yang mabrur.

n sya



--------00000000------

Salah Kaprah di Jabal Rahmah


Seorang jamaah haji, sebut saja namanya Muslim, baru saja pulang menunaikan ibadah haji. Ia pun sangat gembira bisa menunaikan ibadah haji. Namun, dibalik keceriaannya itu, ia menyimpan rasa cemas dan penuh harap. ''Saya memiliki seorang anak perempuan yang sudah menginjak kepala tiga, saya berharap sholat dan doa yang saya panjatkan tatkala di Jabal Rahmah, akan memberikan jodoh terbaik bagi anak perempuan saya,'' ujar pria asal Banten itu.

Muslim mengatakan, saat ia berada di Jabal Rahmah, Padang Arafah, Makkah, banyak orang melakukan ritual seperti shalat dan doa, bahkan ratapan dan tangisan sambil mengusap-usap tugu putih di puncak Jabal Rahmah. Tempat itu, kata dia, memiliki keistimewaan karena di situlah Nabi Adam AS dan Siti Hawa bertemu di planet ini.

Ia menceritakan, di batu di perbukitan itu pun mudah ditemui aneka foto, dan coretan bertuliskan keinginan mendapat jodoh yang cantik, tampan, saleh dan salehah bagi yang belum berkeluarga. ''Bahkan ada juga yang menulisnya di karton, kemudian dimasukkan ke sela-sela batu,'' ujarnya.

Kisah di atas menggambarkan kondisi sebagian jamaah haji khususnya dari Indonesia. Para jamaah itu seakan menganggap itu merupakan bagian dari ritual yang dianjurkan tatkala berada di Jabal Rahmah, dan melupakan asal muasalnya.

Bukit yang terletak di Arafah itu sejak lama dianggap sebagai tempat bertemunya Adam AS dan Siti Hawa untuk pertamakalinya di bumi. Mereka diusir ke bumi karena melanggar aturan Allah.

Kalimat kedua paragraf kelima di atas dapat dipertanggungjawabkan karena telah dikisahkan di surat Al-Baqarah ayat 35-37. Namun kalimat pertama, hingga sekarang belum ada satu dalil shahih pun yang membenarkannya.

Ulama Islam, Didin Hafidhuddin, mengatakan hingga sekarang dirinya tak menemukan satu dalil shahih yang menyatakan itu tempat bertemunya Nabi Adam AS dan Situ Hawa. ''Apalagi dalil yang menyebutkan itu tempat istimewa untuk shalat dan berdoa minta jodoh, saya belum pernah menemukannya,'' ujar ulama Islam, Didin Hafidhuddin, di Jakarta.

Menurutnya, itu hanya kepercayaan masyarakat yang terus diwariskan ke generasi seterusnya. ''Entah kapan awal munculnya, dan siapa yang memulainya,'' kata dia.

Ia mengatakan, pemerintah Saudi Arabia sebenarnya telah menyadari adanya kesalahkaprahan pada sebagian jamaah haji itu. Hal itu, kata dia, terlihat dari tulisan yang tertera di tempat tersebut. ''Di sekitar tempat itu sudah ada tulisan, dilarang shalat di sini, namun jamaah tetap melakukannya,'' ungkapnya.

Sehingga, kata dia, solusi terbaik adalah dengan memberikan pemahaman yang benar kepada jamaah haji. ''Harus ada bimbingan sebelum, ketika, dan setelah pelaksanaan haji,'' kata dia.

Ia mengatakan, di Makkah dan Madinah memang ada tempat yang lebih istimewa untuk shalat. ''Tempat istimewa itu tiada lain adalah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,'' ujarnya.

Sementara Padang Arafah, kata Didin, merupakan tempat wukuf jamaah haji pada 9 Dzulhijjah. Ia menambahkan, Padang Arafah juga memiliki nilai sejarah karena menurut sebagian ulama di tempat itulah ayat terakhir turun, Al-Maidah ayat tiga.

Senada dengan Didin, penerjemah buku best seller La Tahzan, Samson Rahman, mengatakan terjadi pergeseran pemahaman yang salah di masyarakat. Hal itu, menurutnya, muncul secara perlahan dan akhirnya mengakar kuat di pikiran masyarakat. ''Akhirnya menimbulkan keyakinan dan kebiasaan yang salah, kata lulusan jurusan studi banding agama, sebuah universitas di Pakistan itu.

Menurutnya, keyakinan seperti itu dapat berdampak buruk jika dibiarkan. ''Karena ibadah ritual itu diatur jelas dalam Islam, tak boleh mengada-ada,'' kata dia.

Samson mengatakan, kasus itu sedikit mirip dengan kebiasaan sejumlah peziarah makam pahlawan di Banten Lama. Di tempat itu, kata dia, banyak peziarah yang berdoa agar keinginannya dikabulkan. ''Awalnya tujuan berziarahnya bagus yaitu mengingat mati, namun lama-kelamaan bergeser menjadi tempat istimewa berdoa memohon hajatnya di dunia, itu keliru,'' ujarnya. c64

Tidak ada komentar: