Kamis, 16 Oktober 2008

Harrun Ar-Rasyid-- Amir Para Khalifah Abbasiyah

REPUBLIKA - Selasa, 15 April 2008


Harrun Ar-Rasyid-- Amir Para Khalifah Abbasiyah

Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran.

Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh pada masa ke pemimpinannya. Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara adikuasa dunia di abad ke-8 M.

Amir para khalifah Abbasiyah itu bernama Harun Ar-Rasyid. Dia adalah raja agung pada zamannya. Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M - 814 M) di Eropa. Pada masa kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah - menjelma menjadi metropolitan dunia. Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.

Figur Harun Ar-Rasyid yang legendaris ini terlahir pada 17 Maret 763 M di Rayy, Teheran, Iran. Dia adalah putera dari Khalifah Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Mansur khalifah Abbasiyah ketiga. Ibunya bernama Khaizuran seorang wanita sahaya dari Yaman yang dimerdekakan dan dinikahi Al-Mahdi. Sang ibu sangat berpengaruh dan berperan besar dalam kepemimpinan Al-Mahdi dan Harun Ar-Rasyid.

Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pemerintahan di lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid memang dikenal sebagai pria yang berotak encer, berkepribadian kuat, dan fasih dalam berbicara.

Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin ekspedisi militer untuk menaklukk Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama dipimpinnya pada 779 M - 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-782 M, Harun memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.

Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi. Pada 14 Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai khalifah kelima.

Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M - 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun Al-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke peuncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari, dan seniman.

Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu keistana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Makkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima.

Jika sang khalifah tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana. Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa pemerintahannya. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harus Ar-Rasyid tak mengenal kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar- Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).

Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya. Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berprawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu, tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.

Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain; pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib (792 M). Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.

Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan perabadan. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah - perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa.

Pemimpin yang Prorakyat

Di era modern ini begitu sulit menemukan pemimpin yang benar-benar mencintai dan berpihak kepada rakyatnya. Sosok pemimpin yang mencintai rakyat pastilah akan dicintai dan dikagumi rakyatnya. Salah seorang pemimpin Muslim yang terbilang langka itu hadir di abad ke-8 M. Pemimpin yang pro rakyat itu bernama Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Sang khalifah benar-benar memperhatikan dan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dan negara, Harun Ar-Rasyid berupaya dengan keras memajukan perekonomian serta perdagangan. Pertanian juga berkembang dengan begitu pesat, lantaran khalifah begitu mena ruh perhatian yang besar dengan membangun saluran irigasi. Langkah pemerintahan Harun Ar-Rasyid yang serius ingin menyejahterakan rakyatnya itu mendapat dukungan rakyatnya. Kemajuan dalam sektor perekonomian, perdagangan dan pertanian itu membuat Baghdad menjadi pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia saat itu.

Dengan kepastian hukum serta keamanan yang terjamin, berbondong-bondong para saudagar dari berbagai penjuru dunia bertransaksi melakukan pertukaan barang dan uang di Baghdad. Negara pun memperoleh pemasukan yang begitu besar dari perekonomian dan perdagangan itu serta tentunya dari pungutan pajak. Pemasukan kas negara yang begitu besar itu tak dikorup sang khalifah. Harun Ar-Rasyid menggunakan dana itu untuk pembangunan dan menyejahterakan rakyatnya. Kota Baghdad pun dibangun dengan indah dan megah. Gedunggedung tinggi berdiri, sarana peribadatan tersebar, sarana pendidikan pun menjamur, dan fasilitas kesehatan gratis pun diberikan dengan pelayanan yang prima.

Sarana umum lainnya seperti kamar mandi umum, taman, jalan serta pasar juga dibangun dengan kualitas yang sangat baik. Khalifah pun membiayai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penerjemahan dan serta penelitian. Negara menempatkan para ulama dan ilmuwan di posisi yang tinggi dan mulia. Mereka dihargai dengan memperoleh gaji yang sangat ting gi. Setiap tulisan dan penemuan yang dihasilkan ulama dan ilmuwan dibayar mahal oleh negara.

Sangat pantas bila keluarga khalifah dan pejabat negara lainnya hidup dalam segala kemewahan pada zamannya. Sebab, kehidupan rakyatnya juga berada dalam kemakmuran dan kesejahteraan. Tak seperti pemimpin kebanyakan yang hidup dengan kemewahan di atas penderitaan rakyatnya. Sampai kapan pun, sosok Harun Ar-Rasyid layak ditiru dan dijadikan panutan para pemim - pin dan calon pemimpin yang ingin mencitai dan berpihak pada rakyatnya.

Jejak Hidup Sang Khalifah Agung Tahun 763 M : Pada 17 Maret, Harun terlahir di Rayy.

Tahun 780 M : Memimpin pasukan militer melawan Bizantium.

Tahun 782 M: Kembali memimpin pa - suk an melawan Bizantium hingga ke Bos porus.

Tahun 786 M: 14 September saudaranya Al-Hadi - khalifah keempat meninggal dunia.

Tahun 791 M: Harun kembali berperang melawan Bizantium.

Tahun 795 M: Harun meredam pembenrontakan Syiah dan memenjarakan

Musa Al-Kazim. Tahun 796 M: Harun memindahkan istana dan pusat pemerintahan dari Baghdad ke Ar-Raqqah.

Tahun 800 M: Harun mengangkat Ibrahim ibnu Al-Aghlab sebagai gubernur Tunisia.

Tahun 802 M: Harun menghadiahkan dua gajah albino ke Charlemagne sebagai hadiah diplomatik.

Tahun 803 M: Yahya bin Khalid (perdana menteri yang dipecat karena korupsi meninggal dunia.

Tahun 807 M: Kekuatan Harun mengusai Siprus.

Tahun 809 M: Harun meninggal dunia ketika melakukan perjalanan di bagian timur wilayah kekuasaannya.


***

Warisan Kuliner Masyarakat Muslim



Masyarakat Barat mengira makanan dan hidangan Muslim hanyalah kari, biryani, kebab, chapati, dan baklava. Dugaan itu ternyata salah besar. Dalam ajang konferensi internasional 1001 penemuan yang digelar di Museum Ilmu Pengetahuan dan Industri Manchester, dua tahun lalu, terungkap begitu banyak makanan dan masakan yang kini diklaim masyarakat Barat ternyata warisan dari umat Islam. Di era keemasannya, umat Islam ternyata tak hanya melahirkan ilmu pengetahuan, teknologi, serta peradaban yang tinggi. Seni kuliner juga ternyata mendapat perhatian begitu besar dari para sarjana Muslim. Tak heran, jika beragam aneka resep masakan dan hidangan berkembang pada masa kejayaan. Hal itu dibuktikan dengan beragam kitab kuliner yang ditulis para sarjana Muslim.

Seni kuliner menempati posisi yang terbilang penting dalam sejarah peradaban Islam. Apalagi Rasulullah SAW menyuruh umatnya untuk memperhatikan kesehatan tubuh: ''Ina li-jasadika `alayka haqqan (Jasadmu memiliki hak atas dirimu),'' begitu sabda Nabi Muhammad SAW. Salah satu cara memelihara dan menjaga kesehatan tubuh adalah dengan menyantap makanan dan hidangan yang halal dan bergizi. Berkembangnya seni kuliner pada masyarakat Muslim di era keemasan berawal dari Revolusi Pertanian. Pada masa itu, masyarakat Muslim Arab sudah mengembangkan beragam jenis sayur-sayuran dan buah-buahan yang sebelumnya tak dikenal. Tanaman sayuran dan buah-buahan itu lalu dikembangkan masyarakat Muslim di Mesir, Suriah, Afrika Utara, Spanyol, serta Sicilia.

Pengembangan seni kuliner di era keemasan tak dilakukan secara serampangan. Setiap hidangan dan resep yang diciptakan merupakan hasil dari penelitian dan didasarkan pertimbangan penata diet. Sebelum sebuah hidangan diperkenalkan kepada publik, para ahli kuliner Muslim meracik resep masakannya dengan penuh pertimbangan. Bumbu-bumbu masak yang digunakan pun merupakan hasil seleksi.

Sehingga hidangan yang diciptakan tak hanya lezat disantap, namun juga mengandung unsur-unsur pengobatan. Hidangan yang disajikan menjadi semacam obat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh dari penyakit serta mencegah penuaan dini. Untuk itu, para dokter Muslim berlomba untuk mencari dan meneliti rempah-rempah yang dapat dijadikan bumbu masak sekaligus berguna bagi kesehatan.

Dokter Muslim yang melakukan penelitian rempah-rempah yang berguna bagi kesehatan itu antara lain; Thabit Ibnu Qurra (836 M - 901 M), melalui sederet risalah yang ditulisnya; Abu Bakar Al-Razi (865 M - 925 M) dalam Al-Hawi fi't-tibb; Ibnu Sina melalui Canon of Medicine; Ibnu Sa'id al-Qurtubi (abad 10 M) dalam Kitab khalq al-janin wa tadbir al-hibala (diet untuk fetus dan ibu hamil); serta Abu Marwan Ibnu Zuhr (1092 M - 1161 M) dalam buku tentang Nutrisi.

Hasil penelitian para dokter Muslim itu lalu diterapkan para koki terkemuka Muslim dalam meracik makanan dan hidangan yang dibuatnyaa. Di era keemasan, terdapat sederet buku tentang masak-memasak. Beberapa buku kuliner yang dihasilkan para koki Muslim itu antara lain; Kanz al-fawa'id fi tanwi' al-maw'id yang ditulis seorang koki tak dikenal dari Mesir; Fadhalat al-khiwan fi atayyibat at-ta'am wa-'l-'alwan yang ditulis Ibnu Razin Attujibi pada abad ke-12 di Spanyol.

Selain itu ada pula Kitab At-tabikh fi al-Maghrib wa-'l-Andalus yang disusun seorang koki tak dikenal di Maroko pada abad ke-12 M; Kitab At-tabikh yang ditulis Mohammed al-Baghdadi pada abad ke-13 M di Irak; Kitab At-Tabikh: ditulis Ibn Sayyar al-Warraq pada abad ke-13 M di Irak; Tadhkira ditulis Dawad al-Antaki pada abad ke-13 M di Suriah; Wasla 'l-habib fi wasf al-tayyibat wa-t-tibb ditulis Ibnu A'dim pada abad ke-13 M di Suriah.

Awalnya, resep-resep itu hanya beredar di kalangan istana. Setelah itu, barulah masyarakat biasa bisa meracik hidangan sesuai resep yang dibuat para koki andal itu. Saat itu, ilmu gizi telah dikembangkan sebagai salah satu bentuk pengobatan. Penguasa Muslim di era itu sudah memperkenalkan pentingnya menjaga kesehatan tubuh. Di abad ke-13 M, buku-buku gizi beserta resep-resep masakan yang disusun para dokter Muslim menarik perhatian para penguasa, tak terkecuali Gereja di Barat pun ikut kepincut untuk mempelajarinya. Minat untuk mempelajari ilmu gizi beserta resep-resep makanan dan hidangannya semakin berkembang pesat ketika Ferrara, Salerno, Montpellier, dan Paris menjadi pusat untuk mempelajari ilmu kedokteran Islam.

Sejak itu, kalangan aristokrat dan penguasa di Eropa mulai mencicipi masakan dan bumbu masak yang diracik umat Islam. Meski begitu, penduduk biasa di Eropa Utara dibatasi untuk berdiet. Sedangkan, penduduk di Eropa Selatan sudah mulai menikmati hidup lebih baik dengan menyantap salad yang terdiri dari sayuran dan buah-buahan.

Salad dan sop juga merupakan hidangan yang diracik dan disarankan dokter Muslim seperi Al-Razi dan Ibnu Zohr. Selain itu, pasta juga ternyata warisan kuliner Islam. Petualang Muslim pada abad ke-11 M bernama Al-Bakri menuliskannya dalam catatan perjalanannya. Pada abad itu wanita-wanita Muslim sudah membuat pasta untuk jamuan makan. Pasta warisan kuliner Muslim terbuat dari tepung terigu. Jenis tepung khusus diperkenalkan umat slam ke Sicilia dan Spanyol pada abad ke-10 M. Tak hanya itu, es krim juga merupakan warisan kuliner Muslim. Es krim dalam bahasa Italia disebut cassata yang berasal dari bahasa Arab Qashada (krim). Tempat penyimpanan es juga telah berkembang di masyarakat Islam. Namun, sejumlah dokter Muslim seperti Al-Razi dan Ibnu Sina tak menganjurkan meminum es dingin, karena bisa merusak syaraf.

Pola diet yang dikembangkan sarjana Muslim itu ternyata diterapkan Ratu Cristina selaku penguasa Denmark, Swedia, dan Norwegia. Sejak itu, seni kuliner juga berkembang pesat di Eropa. Masyarakat Barat ternyata tak hanya berutang pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan sarjana Muslim. Ternyata masakan dan resep yang dikembangkannya pun banyak meniru dan mengambil dari warisan kuliner Muslim.


Kopi, Minuman Asli Masyarakat Muslim


Menyeruput kopi telah menjadi gaya hidup masyarakat dunia modern. Tak heran, bila kemudian kedai kopi dari kelas bawah hingga kelas atas tumbuh dan menjamur. Minuman hitam yang nikmat itu ternyata juga ternyata warisan masyarakat Muslim di era keemasan. Kali pertama, minuman kopi ditemukan masyarakat Muslim di Yaman pada abad ke-10 M. Di Yaman, kopi diracik sebagai minuman bernama Al-Qahwa. Konon, minuman itu dibuat oleh kelompok sufi agar mereka dapat tetap beribadah serta berzikir sepanjang malam. Kopi menyebar ke seluruh negeri Muslim melalui para pelancong, jamaah haji dan para pedagang.

Minuman kopi mulai dikenal masyarakat Makkah dan Turki di akhir abad ke-15 M. Sedangkan, masyarakat Mesir baru bisa mencicipi kopi pada abad ke-16 M. Masyarakat Eropa baru mengenal nikmatnya kpoi pada abad ke-17 M. Kopi masuk ke Eropa melalui Italia. Hubungan perdagangan antara Venisia dengan Afrika Utara, khususnya Mesir menjadi pintu masuknya kopi ke Eropa. Awalnya, hanya kaum berpunya di Eropa yang bisa menyeruput nikmatnya kopi. Untuk pertama kalinya, kedai kopi dibuka di Venisia pada 1645 M. Sejak itu kopi menjadi minuman yang selalu hadir setiap sarapan masyarakat Venisia. Tak heran, jika pada 1763 telah berdiri 218 kedai kopi di wilayah itu.

Kedai kopi pertama muncul di Inggris pada 1650 M. Menurut Darby, kopi diperkenalkan melalui orang-orang Turki. Kopi dibawa ke Inggris oleh seorang saudagar Turki bernama Pasqua Rosee. Dia pertama kali menjual kopi di Lombard-Street. Pada 1658 M, Rosee juga membuka kedai kopi bernama Sultaness Head di Cornhill. Pada tahun 1700 M, di London sudah berdiri 500 kedai kopi.

Kopi mulai dikenal di Prancis pada 1644 M dibawa orang Marseilles yang kembali dari Istanbul Turki. Mereka tak hanya membawa kopi namun juga teknik meracik dan peralatan untuk membuat minuman kopi. Pertama kali, kedai kopi di buka di Marseilles pada tahun 1671 M. Setelah hadir di Italia, Inggris dan Prancis, kopi lalu menyebar ke seluruh benuah Eropa. Masyarakat Jerman mulai mengenal kopi setelah mengalangkah pasukan Turki.

Sedangkan, Belanda membawa biji kopi dari negara Muslim di Asia Tenggara, yakni Indonesia. Masyarakat Amerika justru terbilang paling belakang mengenal dan merasakan nikmatnya kopi. Kopi di bawa ke Amerika melalui orang Prancis.Sejak 1683 M, cara baru mempersiapkan dan meminum baru mulai ditemukan. Minuman kopi pun mulai bervariasi. Masyarakat dunia pun mengenal Cappuccino. Konon, nama Cappucino diambil dari nama biarawan Capuchin yang melawan Turki dalam pertempuran di Winna pada 1683 M.

Minuman Ringan Pertama di Dunia

Bisnis minuman ringan alias soft drink kini begitu menggurita. Sebagian besar binis minuman ringan ternyata dikuasai perusahan Eropa dan Amerika. Ternyata soft drink berawal dan berakar dari komunitas masyarakat Islam di era kejayaan. Minuman ringan yang pertama kali dikembangkan di dunia bernama Sherbet.

Minuman ringan yang populer di dunia Islam itu terbuat dari jus atau ekstrak bunga atau rempah-rempah dan ditambah gula serta air. Bentuknya mirip sirup dan diminum dengan ditambahi es. Sherbet begitu populer hingga awal abad ke-20 M. Pada era itu, masyarakat dunia kesulitan untuk mendapatkan buah-buahan segar.

Sherbet berasal dari bahasa Arab shariba atau meminum. Konon, kata syrup juga berasal dari sherbet. Masyarakat Turki Usmani menyeruput sherbet sebelum dan ketika makan. Di Turki, sherbet disajikan dengan beragam makanan khas Ottoman. Selain masyarakat Muslim Turki, orang Mesir juga memiliki kebiasaan meminum sharaab atau sherbet. Orang Mesir memiliki beragam jenis sherbet atau minuman manis.

Tidak ada komentar: