Tampilkan postingan dengan label Wisata Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata Sejarah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Januari 2009

JABAL RAHMAH : TEMPAT BERTEMUNYA ADAM DAN HAWA


JABAL RAHMAH : TEMPAT BERTEMUNYA ADAM DAN HAWA



Jabal rahmah yang berarti bukit atau gunung kasih sayang, diyakini umat Islam sebagai tempat bertemunya antara Nabi Adam AS dengan isterinya Siti Hawa, setelah diusir oleh Allah dari Surga. Keduanya diusir setelah melanggar larangan Allah, yakni memakan buah Khuldi, akibat tergoda bujuk rayu Iblis.

Peristiwa ini, diabadikan oleh Allah SWT dalam Alquran, surah Al-Baqarah ayat 35 dan 38 serta Al-A'raf ayat 19-25 dan surah Thoha ayat 123. ''Dan kami berfirman, ''Wahai Adam ! Tinggallah Engkau dan istrimu didalam surga, dan makanlah dengan niikmat (berbagai makanan) yang ada disana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon itu (khuldi, red), nanti kamu akan termasuk orang-orang yang zalim.'' (QS 2:35) ''Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan. (QS 2: 36). ''Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.'' (QS 2:38).

Dalam surah Al-A'raf, diusirnya Adam dan Hawa dari surga ini diabadikan pada ayat 24-25. ''Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenangan sampai waktu yang telah ditentukan. Disana kamu hidup, disana kamu mati dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.'' (QS 7:24-25).

Adam dan Hawa diusir dari surga karena melanggar larangan Allah, yakni memakan buah khuldi, akibat bujuk rayu Iblis. Iblis berkata kepada Adam dan Hawa : ''Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (yakni pohon keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?. Lalu keduanya memakannya, hingga tampaklah aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia.'' (QS Thaha (20) : 120-121)

Akibat melanggar larangan tersebut, Adam AS dianggap durhaka kepada Allah SWT dan tersesat, karena mengikuti bisikan Iblis. Menurut sebagian ulama, kesalahan Adam AS ini, meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa, sudah dinamakan durhaka dan sesat, karena tingginya martabat dan kedudukan Adam AS sebagai seorang Nabi yang harus menjadi teladan bagi yang lain.

Adam AS awalnya menolak mengikuti bujukan Iblis. Namun, desakan Siti Hawa yang begitu kuat, akhirnya membuat Adam ikut memakan buah tersebut. Akibatnya, setelah memakan buah tersebut, terlepaslah pakaian mereka sehingga nampak auratnya. Demikian diterangkan dalam An Nihayah fi Gharib Al-Hadits, karya Abu Sa’adaat Ibnul Atsir jilid 3 hlm 158).

Menurut beberapa keterangan, selain Iblis, Adam dan Hawa, yang turut pula diusir dari surga adalah seekor ular. Al-Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thabari RA dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat ke-36 QS Al-Baqarah, membawakan sebuah riwayat dengan sanadnya bersambang kepada para sahabat Nabi SAW seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan lainnya menerangkan : ''Ketika Allah memerintahkan kepada Adam dan Hawa untuk tinggal di surga dan melarang keduanya memakn buah khuldi, Iblis memiliki kesempatan untuk menggoda Adam dan Hawa. Namun, ketika akan masuk ke surga, Iblis dihalangi oleh malaikat. Namun, dengan tipu muslihatnya, Iblis kemudian mendatangi seekor ular, yang waktu itu ia adalah hewan yang mempunyai empat kaki seperti onta, dan ia adalah hewan yang paling bagus bentuknya. Setelah berbasa-basi, Iblis lalu masuk ke mulut ular dan ular itupun masuk ke surga sehingga Iblis lolos dari pengawasan malaikat.'' Karena itulah, mereka semua akhirnya diusir dari surga.

Lalu setelah diusir dari surga, dimanakah Adam dan Hawa diturunkan, dan dimanakah bertemunya? Belum ada keterangan yang paling shahih tentang itu. Namun, sebagian ulama sepakat, bahwa keduanya diturunkan secara terpisah dan kemudian bertemu di Jabal Rahmah, di Arafah.

Menurut Al-Imam At-Thabari dalam Tarikhnya (jilid 1 hlm 121–126), bahwa Mujahid meriwayatkan keterangan Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutthalib yang mengatakan : ''Adam diturunkan dari surga ke bumi di negeri India.'' Abu Shaleh meriwayatkan juga dari Ibnu Abbas yang menerangkan bahwa Hawa diturunkan di Jeddah (Arab : Nenek perempuan) yang merupakan bagian dari Makkah. Kemudian dalam riwayat lain At-Thabari meriwayatkan lagi bahwa iblis diturunkan di negeri Maisan, yaitu negeri yang terletak antara Basrah dengan Wasith. Sedangkan ular diturunkan di negeri Asbahan (Iran).

Riwayat lain menyebutkan, Adam diturunkan di bukit Shafa dan Siti Hawa di bukit Marwah. Sedangkan riwayat lain menyebutkan Adam AS diturunkan di antara Makkah dan Thaif. Ada pula yang berpendapat Adam di turunkan di daerah India, sementara Hawa diturunkan di Irak.

Al-quran sendiri tidak menerangkan secara jelas dimana Adam dan Hawa diturunkan. Alquran hanya menjelaskan tentang proses diturunkanya Adam dan Hawa ke bumi. Lihat Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.

Sementara itu, menurut legenda dalam agama Kristen, setelah diusir dari Taman Eden (surga), Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.

Bila sebagian ulama berselisih pendapat mengenai tempat diturunkannya Adam dan Hawa, namun mereka bersepakat kalau keduanya kemudian bertemu di Jabal Rahmah, setelah terpisah selama ratusan tahun.

Keyakinan bahwa bertemunya Adam dan Hawa di Jabal Rahmah di Arafah itu kemudian dikukuhkan dengan dibangunnya sebuah tugu oleh pemerintah Arab Saudi di tempat tersebut.

Al Imam Al Auza’ie meriwayatkan dari Hasan bin Athiyyah bahwa Adam dan Hawwa’ menangis ketika turun di bumi selama 60 tahun karena menyesali berbagai kenikmatan di surga yang tidak didapati lagi oleh keduanya di bumi ini. Keduanya juga menagis karena menyesali dosa yang dilakukan oleh keduanya. Demikian Ibnu Katsir meriwayatkannya dalam Kitab Al-Bidayah Wa Al-Nihayah, jilid 1 hlm 74. Wa Allahu A'lamu.

n sya


-----00000------

Arafah : Tempat Saling Mengenal



Arafah berarti kenal atau tahu. Di tempat inilah, khususnya jamaah haji dari seluruh dunia, setiap tahunnya saling bertemu untuk melaksanakan salah satu rukun haji, yakni wukuf di padang Arafah.

Arafah memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi umat Islam. Sebab, di tempat inilah, Rasulullah SAW menerima wahyu dari Allah SWT tentang kesempurnaan agama Islam. (QS> Al-Maidah (5) ayat 3).

Disamping hal tersebut, Arafah khususnya di Jabal Rahmah, diyakini sebagai tempat bertemunya nenek moyang manusia pertama di dunia (Adam dan Hawa), setelah diturunkan dari surga. Saat diturunkan ke bumi, keduanya hidup terpisah. Keduanya kemudian saling mencari. Beratus-ratus tahun dalam pencariannya, lalu kedua bertemu di padang Arafah, tepatnya di pegunungan kecil bernama Jabal Rahmah. Kisah mengenai Adam dan Hawa serta perjumpaan mereka di Arafah ini masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut.

Mereka yang sebelumnya hidup di surga dalam kecukupan (tanpa kekurangan), namun karena melanggar larangan Allah, akhirnya harus hidup susah dan penuh perjuangan. Mereka harus menerima pahit getirnya hidup di dunia dan harus berpisah satu sama lain.

Mengapa keduanya bisa bertemu di Arafah? Ada riwayat yang menyebutkan para malaikat mengingatkan Adam dan Hawa, setelah keduanya diturunkan ke bumi (akan tempoat tersebut). Ini dimaksudkan agar mereka mengakui (mengetahui) dosa-dosanya dan memohon ampunan kepada Allah. Kemudian Adam dan Hawa telah mengetahui (arafa) akan kesalahan dan dosa-dosanya. Mereka juga diberitahu (yu'rafu) caranya bertaubat.

Ada pula kisah lain yang menceritakan, saat Jibril memberi tahu Ibrahim cara menunaikan haji di tempat ini. Jibril bertanya: ''Arafta (tahukah Anda?), Ya Ibrahim,'' Ibrahim menjawab: ''Araftu (Aku mengetahui).''

Berdasarkan keterangan ini, Arafah bisa berarti sebagai upaya manusia untuk mengenali Tuhannya. Manusia datang ke tempat tersebut untuk memohon ampun atas segala dosa-dosa dan mengakui kesalahannya dengan penuh kerendahan hati. Di tempat ini, semua manusia (jamaah haji) sama kedudukannya. Tidak ada jabatan, pangkat dan golongan, semuanya sampa di hadapan Allah SWT, kecuali ketaqwaannya.

Pakaian mereka pun sama dan seragam, tidak ada bedanya antara kaya dan miskin, yang pangkatnya tinggi dan rendah. Tidak ada rasa sombong dan angkuh. Semua merendahkan diri mengharap ampunan Ilahi.

Keutamaan Arafah adalah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya: ''Doa yang paling afdhal adalah doa di hari Arafah''. Dalam riwayat lain, Nabi bersabda: ''Tidak ada hari yang paling banyak Allah menentukan pembebasan hambanya dari neraka, kecuali hari Arafah''.

Kemudian melanjutkan perjalanan ke Mina sekitar 5 km untuk melempar jumrah. Kemudian thawaf ifadhah di Makah, Sa'i dan tahallul. Selesailah sudah prosesi ibadah haji. Mereka pulang dengan sebutan haji dan hajjah yang mabrur.

n sya



--------00000000------

Salah Kaprah di Jabal Rahmah


Seorang jamaah haji, sebut saja namanya Muslim, baru saja pulang menunaikan ibadah haji. Ia pun sangat gembira bisa menunaikan ibadah haji. Namun, dibalik keceriaannya itu, ia menyimpan rasa cemas dan penuh harap. ''Saya memiliki seorang anak perempuan yang sudah menginjak kepala tiga, saya berharap sholat dan doa yang saya panjatkan tatkala di Jabal Rahmah, akan memberikan jodoh terbaik bagi anak perempuan saya,'' ujar pria asal Banten itu.

Muslim mengatakan, saat ia berada di Jabal Rahmah, Padang Arafah, Makkah, banyak orang melakukan ritual seperti shalat dan doa, bahkan ratapan dan tangisan sambil mengusap-usap tugu putih di puncak Jabal Rahmah. Tempat itu, kata dia, memiliki keistimewaan karena di situlah Nabi Adam AS dan Siti Hawa bertemu di planet ini.

Ia menceritakan, di batu di perbukitan itu pun mudah ditemui aneka foto, dan coretan bertuliskan keinginan mendapat jodoh yang cantik, tampan, saleh dan salehah bagi yang belum berkeluarga. ''Bahkan ada juga yang menulisnya di karton, kemudian dimasukkan ke sela-sela batu,'' ujarnya.

Kisah di atas menggambarkan kondisi sebagian jamaah haji khususnya dari Indonesia. Para jamaah itu seakan menganggap itu merupakan bagian dari ritual yang dianjurkan tatkala berada di Jabal Rahmah, dan melupakan asal muasalnya.

Bukit yang terletak di Arafah itu sejak lama dianggap sebagai tempat bertemunya Adam AS dan Siti Hawa untuk pertamakalinya di bumi. Mereka diusir ke bumi karena melanggar aturan Allah.

Kalimat kedua paragraf kelima di atas dapat dipertanggungjawabkan karena telah dikisahkan di surat Al-Baqarah ayat 35-37. Namun kalimat pertama, hingga sekarang belum ada satu dalil shahih pun yang membenarkannya.

Ulama Islam, Didin Hafidhuddin, mengatakan hingga sekarang dirinya tak menemukan satu dalil shahih yang menyatakan itu tempat bertemunya Nabi Adam AS dan Situ Hawa. ''Apalagi dalil yang menyebutkan itu tempat istimewa untuk shalat dan berdoa minta jodoh, saya belum pernah menemukannya,'' ujar ulama Islam, Didin Hafidhuddin, di Jakarta.

Menurutnya, itu hanya kepercayaan masyarakat yang terus diwariskan ke generasi seterusnya. ''Entah kapan awal munculnya, dan siapa yang memulainya,'' kata dia.

Ia mengatakan, pemerintah Saudi Arabia sebenarnya telah menyadari adanya kesalahkaprahan pada sebagian jamaah haji itu. Hal itu, kata dia, terlihat dari tulisan yang tertera di tempat tersebut. ''Di sekitar tempat itu sudah ada tulisan, dilarang shalat di sini, namun jamaah tetap melakukannya,'' ungkapnya.

Sehingga, kata dia, solusi terbaik adalah dengan memberikan pemahaman yang benar kepada jamaah haji. ''Harus ada bimbingan sebelum, ketika, dan setelah pelaksanaan haji,'' kata dia.

Ia mengatakan, di Makkah dan Madinah memang ada tempat yang lebih istimewa untuk shalat. ''Tempat istimewa itu tiada lain adalah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,'' ujarnya.

Sementara Padang Arafah, kata Didin, merupakan tempat wukuf jamaah haji pada 9 Dzulhijjah. Ia menambahkan, Padang Arafah juga memiliki nilai sejarah karena menurut sebagian ulama di tempat itulah ayat terakhir turun, Al-Maidah ayat tiga.

Senada dengan Didin, penerjemah buku best seller La Tahzan, Samson Rahman, mengatakan terjadi pergeseran pemahaman yang salah di masyarakat. Hal itu, menurutnya, muncul secara perlahan dan akhirnya mengakar kuat di pikiran masyarakat. ''Akhirnya menimbulkan keyakinan dan kebiasaan yang salah, kata lulusan jurusan studi banding agama, sebuah universitas di Pakistan itu.

Menurutnya, keyakinan seperti itu dapat berdampak buruk jika dibiarkan. ''Karena ibadah ritual itu diatur jelas dalam Islam, tak boleh mengada-ada,'' kata dia.

Samson mengatakan, kasus itu sedikit mirip dengan kebiasaan sejumlah peziarah makam pahlawan di Banten Lama. Di tempat itu, kata dia, banyak peziarah yang berdoa agar keinginannya dikabulkan. ''Awalnya tujuan berziarahnya bagus yaitu mengingat mati, namun lama-kelamaan bergeser menjadi tempat istimewa berdoa memohon hajatnya di dunia, itu keliru,'' ujarnya. c64

Amman Yordania : Tempat Gua Ashabul Kahfi




Amman Yordania : Tempat Gua Ashabul Kahfi

Keterangan Alquran dan bukti-bukti sejarah memperkuat situs Gua Ashabul Kahfi di Abu Alanda.




Cerita tentang para penghuni gua (Ashabul Kahfi), sangat tersohor di dunia Islam dan Kristen. Diceritakan, ada tujuh orang pemuda yang melarikan diri dari daerahnya, akibat ancaman Kaisar Decius (Dekyanus, 249-251 M). Kaisar memerintahkan supaya seluruh penduduk negeri yang berada di wilayah kekuasannya untuk menyembah berhala. Namun, enam orang pemuda (Maksimyanus, Martinus, Dyonisius, Malkus, Konstantinus dan Suresiyus) menolak perintah Kaisar Decius. Di tengah perjalanan saat pelarian, mereka bertemu dengan seorang penggembala bernama Yemlikho (Yuhanis) serta anjing kesayangannya, Kitmir. Mereka semua menyatakan hanya menyembah Tuhannya Langit dan bumi, yakni Allah. Menurut beberapa versi, mereka ini adalah pengikut (umat) Nabi Isa AS.

Dalam pelariannya, mereka bersembunyi dalam sebuah gua dan mereka beristirahat didalamnya hingga tertidur selama 309 tahun. Setelah terbangun, salah seorang dari mereka (Yemlikho), diminta untuk membeli makanan. Namun, uang yang akan mereka bayarkan ternyata sudah tidak berlaku lagi. Dan Kaisar yang berkuasa saat itu adalah Theodesius II yang taat menjalankan perintah Tuhannya.

Dari cerita diatas, sejumlah peneliti sejarah dan ahli arkeologi, berusaha melacak situs gua yang menjadi tempat tertidurnya Ashabul Kahfi tersebut. Dari sejumlah referensi, ada banyak tempat yang dipercaya sebagai gua tempat tertidurnya Ashabul Kahfi. Ada yang menyebutkan di Turki, yaitu di Ephesus dan Tarsus. Ada pula yang menyebutnya di Abu Alanda (Jordan), dan Jabal Qassiyun (Syria).

Namun demikian, banyak pihak yang meyakini (termasuk peneliti Kristen dan Muslim), bahwa gua tempat Ashabul Kahfi berada di Ephesus, bukan di Tarsus. Menurut pendapat ini, Tarsus adalah daerah tempat tinggal para pemuda, sedangkan Ephesus adalah daerah tempat pelarian ke tujuh pemuda tersebut. Kabarnya, gua Ashabul Kahfi itu berada di sebelah timur lereng gunung Pion (Mountain of Pion). Menurut orang barat, gua Ashabul Kahfi itu disebut pula dengan The Cave Of The Seven Sleepers.

Ephesus

Dibandingkan Tarsus, banyak pihak yang meyakini bahwa Ephesus adalah daerah tempat pelarian para Ashabul Kahfi dan bersembunyi sebuah gua di sebelah timur lereng gunung Pion. Daerah ini (Ephesus) dalam versi Kristen dianggap sebagai sebuah tempat suci. Di kota ini terdapat sebuah rumah yang dikatakan menjadi milik Maria (Maryam),--ibunda Nabi Isa-- dan kemudian berbuah menjadi sebuah gereja. Bahkan, beberapa sumber Kristen menegaskan, gua Ashabul Kahfi berada disini (Ephesus).

Sumber tertua yang berkaitan dengan hal ini adalah penelitian yang dilakukan seorang pendeta asal Syria bernama James dari Saruc (lahir 452 M). Ahli sejarah terkemuka Gibbon telah banyak mengutip dari penelitian James dalam bukunya yang berjudul The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemunduran dan runtuhnya Kekaisaan Romawi). Berdasarkan buku ini, Kaisar yang memerintah dan berusaha melakukan penyiksaan pada orang-orang yang tidak mau menyembah berhala adalah Kaisar Decius.

Menurut Gibbon nama dari tempat ini adalah Ephesus. Terletak di pantai Barat Anatolia, kota ini adalah salah satu pelabuhan dan kota terbesar dari kekaisaran Romawi. Saat ini reruntuhan dari kota ini dikenal sebagai 'Kota Antik Ephesus.'

Sementara itu, Alquran tidak secara jelas menyebutkan tempat dimana Ashabul Kahfi tertidur. Secara implisit, Alquran (QS Al-Kahfi :17) meyebutkan ciri-ciri dari gua tersebut.

''Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.''

Menurut penelitian, gua yang ada di lereng gunung Pion di Ephesus ini, pintu masuknya mengarah ke bagian Utara, sehingga sinar matahari tidak bisa menembus ke dalam gua. Dengan demikian, seseorang yang melewati gua itu tidak dapat melihat apa yang ada didalamnya

Ahli Arkeologis Dr Musa Baran, juga menunjuk Ephesus sebagai tempat sekelompok orang muda yang beriman ini hidup. Dalam bukunya yang berjudul Ephesus, dia menyatakan :
''Di tahun 250 SM, tujuh orang pemuda yang hidup di Ephesus memilih untuk memeluk agama Kristen dan menolak penyembahan terhadap berhala . Mencoba untuk mencari jalan keluar, sekelompok pemuda ini menemukan sebuah gua yang berada di sebelah Timur lereng gunung Pion. (Musa Baran, Ephesus, hlm 23-24).

Keyakinan gua Ashabul Kahfi ada di Ephesus Turki, didukung banyak ulama Islam, seperti At-Tabari, Al-Baidlawi, An-Nasafi, Jalalain, At-Tibyan serta Fakhruddin Ar-Razi. Mereka mengatakan, nama lain dari Ephesus adalah Tarsus (Turki).

Fakhrudin Ar-Razi menerangkan dalam penelitiannya, meskipun tempat ini disebut dengan Ephesus, maksud dasarnya untuk mengatakan Tarsus. Sebab Ephesus hanyalah nama lain dari Tarsus.

Abu Alanda (Amman)

Sehubungan dengan adanya pendapat yang mengatakan bahwa letak gua tersebut di daerah Ephesus, Turki, pemerintah Turki kemudian bersegera melakukan penggalian terhadap situs di Ephesus tersebut. Namun, hasil yang didapat malah menguatkan hasil penemuan gua di Abu Alanda (Buloqaa), Yordania. Dan pemerintah Turki secara resmi mengakui situs Ashabul Kahfi yang terletak di Yordania ini. Menurut pemerintah Turki, di Ephesus tidak terdapat tempat peribadatan dan di sana juga tidak didapati pahatan tulisan Byzantium seperti yang terdapat di Buloqaa (Abu Alanda). Pendapat tersebut juga dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Anui Dajjani, seorang doktor dari jawatan purbakala Yordania, pada tahun 1962.

Pendapat ini makin diperkuat lagi dengan ditemukannya sejumlah bukti 'kesejarahan' dari gua ini. Surah Al-Kahfi ayat 17 menyebutkan matahari cenderung ke kanan dari gua mereka dan terbenam di sebelah kiri. Kemudian dilanjutkan dengan kalimat : ''...sedang mereka berada dalam satu lapangan gua itu'' (QS 18: 17). Lokasi Gua Ashabul Kahfi di Abu Alanda, Jordan terdapat sebuah lubang dari atas gua sehingga cahaya bisa masuk. Selain itu, bentuk gua yang terdapat di Abu Alanda sangat luas dan lapang serta tidak dalam.

Kemudian, pada ayat ke-21 dijelaskan : ''... Ketika mereka berselisih tentang urusan mereka, sebahagian dari mereka berkata: ''Dirikanlah sebuah bangunan di sisi (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka.'' Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata : ''Sesungguhnya, kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan diatasnya.''

Konon, di atas Gua Ashabul Kahfi di Abu Alanda terdapat rumah ibadat yang telah dibangun ketika itu. Rumah ibadat yang dimaksudkan adalah rumah ibadat penganut nasrani. Ketika zaman kerajaan Umawiah, rumah ibadat tersebut telah dijadikan masjid.

Dan pada 27 September 2006 silam, Raja Abdullah (Raja Yordania), meresmikan sebuah Masjid Baru di atas gua tersebut, yang diberi nama Masjid Ashabul Kahfi. n sya/berbagai sumber


--000--


Bukti Sejarah dan Arkeologi

Beberapa bukti untuk memperkuat Abu Alanda sebagai tempat Gua Ashabul Kahfi, diperkuat dengan sejumlah temuan benda-benda sejarah dan arkeologi.

1. Di gua ini terdapat tulisan pada lengkuangan pintu di dinding sebelah Timur yang menyatakan Masjid diperbaharui pada tahun 117 hijrah yang merujuk kepada zaman Hisham bin Abdul Malik bin Marwan. Ini membuktikan bahwa ketika era kerajaan Umawiah mereka sudah memperharui masjid yang sebelum itu menjadi rumah ibadat nasrani. Kesan yang boleh dilihat ialah binaan mihrab (petunjuk arah kiblat) yang terdapat di atas gua tersebut.

2. Tulisan khat Kufi. Ini membuktikan, masjid kedua di Ashabul Kahfi diperbaharui pada zaman Khomarumiah bin Ahmad Tholun dari kerajaan Abasiah. Masjid kedua yang dimaksudkan ialah masjid yang dibangun berhadapan dengan gua Ashabul Kahfi setelah masjid pertama diwujudkan di atas gua ketika zaman Umawiah.

3. Kesan Nawawis di dalam gua. Nawawis di dalam Mujam Wasit, memberi arti kubur orang nasrani yang mayatnya diletakkan di dalamnya. Pada Nawawis tersebut terdapat bintang segi delapan yang membuktikan tanda zaman kerajaan Rum-Byzantium pada kurun ke-3 masehi. Menjadi adat pada ketika itu, mayat-mayat nasrani akan dikuburkan di dalam bekas batu. Ini tidak mustahil bahawa mereka yang telah menguruskan mayat pemuda tersebut telah mengkebumikan mereka dengan cara dan adat mereka pada ketika itu.

4. Penemuan barangan tembikar, duit tembaga dan perak, lampu dari pelbagai zaman (Umawiah, Abasiah, Turki Uthmaniyyah) di dalam gua tersebut dan sekitarnya. Ia membawa maksud bahawa tempat itu telah dijaga oleh pelbagai zaman yang berlalu.

5. Al-Waqidi di dalam kitabnya Futuhat Sham telah menulis bahawa beliau bersama yang lain telah berhenti di Ain Ma' berhampiran gua ashabul kahfi. Mereka berhenti di Ain Ma' tersebut berwudlu, shalat dan tidur di situ sebelum meneruskan perjalanan ke Palestina. Ain Ma' terletak 70 meter dari gua ashabul kahfi.

6. Pokok zaitun berusia ratusan tahun tumbuh berhadapan gua. Pokok tersebut telah mati dan kesan batang pokok zaitun yang berusia ratusan tahun itu kini ditempatkan di dalam muzium mini di dalam gua.

7. Penemuan tulang di dalam Nawawis. Dikatakan bahwa tulang-tulang tersebut adalah kepunyaan pemuda-pemuda tersebut.

n sya/misteridunia.com