Zamzam : Sumur Yang Tak Pernah Kering
Jarak Kota Makkah ke pinggir pantai sejauh 75 kilometer.
Sebagian besar umat Islam, pasti mengenal air zamzam. Air ini akrab dengan umat Islam dan bisa dinikmati karena sering dibawa oleh jamaah haji.
Air zamzam dalam sejarahnya bermula dari kegelisahan Siti Hajar bersama putranya Ismail, yang ditinggal Nabi Ibrahim AS di sebuah padang tandus. Cerita Siti Hajar yang ditinggal Ibrahim ini diabadikan Allah SWT dalam Alquran surah Al-Maidah (14) ayat 37.
Karena bekalnya habis, maka Siti Hajar berusaha mencari makanan atau orang-orang yang kemungkinan berada disekitarnya. Ia pun berlari ke bukit Marwah, lalu balik lagi ke bukti Shafa dan kembali lagi ke bukit Marwah. Tercatat, tujuh kali dirinya bolak-balik bukit Shafa-Marwah. Apa yang dilakukan Siti Hajar itu, kini menjadi salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan umat Islam yang melaksanakan haji, yaitu Sa'i.
Setelah lelah bolak-balik dari bukit Shafa ke Marwah, hingga akhirnya Siti Hajar mendengar perintah untuk melihat putranya yang sedang menangis dan menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Ternyata, hentakan kaki Ismail AS, berhasil mengeluarkan air yang melimpah. Siti Hajar pun kemudian berkata : zamzam (berkumpullah), hingga akhirnya air berkumpul dan dinamakan zamzam.
Munculnya air dari bekas hentakan Nabi Ismail ini kemudian memicu hadirnya serombongan burung-burung di sekitarnya. Melihat adanya burung ini, para kafilah yang juga sedang mencari air, segera menuju tempat burung-burung beterbangan itu. Inilah sekelumit singkat awal mula munculnya Sumur Zamzam.
*****
Digali Kembali
Setelah sekian ribu tahun, konon sumur zamzam ini kemudian tertutup karena tidak ada yang merawatnya. Maka kakek Nabi Muhammad AS, Abdul Muthalib bernadzar untuk menggalinya kembali, apabila dirinya dikaruniai banyak anak dan akan mengorbankan salah satunya. Doanya dikabulkan Allah SWT dan ia mempunyai 10 orang anak.
Kemudian Abdul Muthalib melaksanakan nadzarnya. Namun, Ia ragu siapa yang akan dijadikan kurban. Lalu diundilah, hingga kemudian muncul nama Abdullah, ayah Nabi Muhammad SAW. Keraguan makin memuncak karena ia sangat menyayangi putra bungsunya ini. Setelah berkali-kali nama Abdullah muncul, maka ada yang mengusulkan agar nama Abdullah diundi dengan onta. Dan setelah berkali-kali diundi selalu muncul nama Abdullah, maka jumlah onta yang akan dijadikan kurban ditambah hingga 100 ekor onta. Dan pada undian berikutnya, akhirnya muncullah nama onta yang akan dikurbankan. Karena doanya dikabulkan dan Abdul Muthalib melaksanakan nadzarnya, maka dia kemudian menggali sumur zamzam tersebut. Karena itu, sumur zamzam disebut pula dengan sumur gali (Dug Water Well).
Ada pula riwayat lain menyebutkan, Abdul Muthalib menggali sumur zamzam itu karena adanya perintah yang didapatkan ketika beliau tertidur di Hijir Ismail. Maka perintah itu beliau laksanakan. Wa Allahu A'lam.
*****
Keajaiban Zamzam
Terlepas dari riwayat mana yang benar, yang pasti air atau sumur zamzam itu menyimpan rahasia yang luar biasa. Diantaranya dipercaya bisa untuk menyembuhkan penyakit, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA. Rasulullah SAW bersabda, ''Sebaik-baik air di muka bumi ialah air zamzam. Air zamzam merupakan makanan yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit.'' (HR dari Ibnu Abbas)
Tidak seperti air mineral pada umumnya, air zamzam mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 miligram (mg) per liter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg per liter. Elemen-elemen kimiawi yang terkandung dalam air zamzam meliputi positive ions seperti sodium (250 mg per liter), kalsium (200 mg per liter), potassium (20 mg per liter), dan magnesium (50 mg per liter), dan negative ions seperti sulfur (372 mg per liter), bicarbonates (366 mg per liter), nitrat (273 mg per liter), fosfat (0.25 mg per liter) dan ammonia (6 mg per liter).
Kandungan-kandungan elemen-elemen kimiawi inilah yang menjadikan rasa dari air zamzam sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus.
Satu hal yang paling menarik, ternyata selama ribuan tahun (lebih dari 14 abad), sumur zamzam tak pernah kering dan airnya tak habis kendati dipergunakan oleh lebih dari jutaan umat manusia setiap tahunnya. Disamping kehendak Allah SWT, secara ilmiah ternyata juga dapat diungkapkan fakta-faktanya.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkin, secara logika hal itu tidak masuk akal. Sebab, sumur zamzam ini hanya memiliki luas permukaan selebar 3-4 meter dan panjang (kedalaman) sekitar 30 meter, sangat kecil untuk menghasilkan air yang demikian besar untuk memenuhi jutaan umat manusia termasuk 2,2 juta orang jamaah haji setiap tahunnya yang masing-masing membawa 5-20 liter.
Anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari, dalam tulisannya tentang 'Rahasia Air Zamzam' menyebutkan, dalam sebuah uji pemompaan (pump test), sumur ini mampu mengalirkan air sebesar 11-18.5 liter per detik, atau mencapai 660 liter per menit atau sekitar 40 ribu liter per jam. Ini dilakukan sebelum tahun 1950-an.
Kemudian pada tahun 1953, dibangunlah pompa air. Pompa ini menyalurkan air dari sumur ke bak penampungan air, dan diantaranya juga ke keran-keran yang ada di sekitar sumur zamzam. Pada saat dilakukan pengujian, pada pemompaan 8000 liter per detik selama 24 jam, air yang ada dalam sumur zamzam mengalami penyusutan sedalam 3,23 meter. Dan ketika pemompaan dihentikan, hanya dalam waktu 11 menit kemudian permukaan sumur kembali ke asalnya. Padahal, jarak Kota Makkah ke laut (pantai) sejauh 75 kilometer. Ini menunjukkan, banyak air yang tersimpan dalam sumur zamzam hasil dari rekahan (celah) bebatuan yang ada pada perbukitan di sekitar Makkah.
Kemusykilan inilah yang kemudian 'mengusik' para ahli hidrogeologi untuk meneliti lebih lanjut tentang keanehan sumur zamzam. Dengan jarak yang relatif jauh dari laut, lalu darimana sumber air begitu cepat berkumpul kembali di sumur zamzam?
Rovicky dalam tulisannya menyebutkan, banyak celah atau rekahan bebatuan yang ada di sekitar tempat itu. Disebutkan, ada celah (rekahan) yang memanjang kearah Hajar Aswad dengan panjang 75 cm dengan ketinggian 30 cm, juga beberapa celah kecil kearah Shafa dan Marwah.
Keterangan geometris lainnya menyebutkan, celah sumur dibawah tempat Thawaf sekitar 1,56 meter, kedalaman total dari bibir sumur 30 meter, kedalaman air dari bibir sumur sekitar empat meter, dan kedalaman mata air 13 meter. Dari mata air sampai dasar sumur mencapai 17 meter, dan diameter sumur berkisar antara 1,46-2,66 meter. Celah-celah inilah yang kemudian memasok air ke sumur zamzam.
Mungkinkah air zamzam tercemar? Pertanyaan ini kerapkali dihembuskan, baik oleh kelompok yang tidak percaya akan keajaiban sumur zamzam maupun mereka yang berusaha menyelamatkan sumur zamzam.
Tahun 1971, kata Rovicky, dilakukan penelitian hidrologi oleh seorang ahli hidrologi dari Pakistan bernama Tariq Hussain and Moin Uddin Ahmed. Penelitian ini dipicu oleh pernyataan seorang doktor dari Mesir yang menyatakan air zamzam tercemar air limbah dan berbahaya untuk di konsumsi.
''Tariq Hussain, termasuk saya (Rovicky, red) dari sisi hidrogeologi, juga meragukan spekulasi adanya rekahan panjang yang menghubungkan laut merah dengan sumur zamzam, karena Makkah terletak 75 Kilometer dari pinggir pantai,'' ujar Rovicky.
Hasil dari penelitian ini, menyangkal dengan tegas tuduhan doktor Mesir tersebut. ''Namun, dari penelitian Tariq Hussain ini kemudian memacu pemerintah Arab Saudi untuk senantiasa memperhatikan sumur zamzam dan merawatnya dengan baik,'' jelas Rovicky yang juga anggota Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI).
Langkah-langkah yang dilakukan Badan Riset sumur zamzam yang berada dibawah SGS (Saudi Geological Survey), bertugas untuk (a) Memonitor dan memelihara agar sumur ini dari kekeringan; (b) Menjaga urban di sekitar Wadi Ibrahim karena mempengaruhi pengisian air; (c) Mengatur aliran air dari daerah tangkapan air (recharge area); (d) Memelihara pergerakan air tanah dan juga menjaga kualitas melalui bangunan kontrol; (e) Meningkatkan (up-grade) pompa dan tangki-tangki penadah; serta (f) Mengoptimasi suplai dan distribusi air zamzam.
n sya/berbagai sumber
---
Dimensi dan Profil Sumur Zamzam
Menurut kajian ilmiah dalam bidang ilmu hidrogeologi, sumur zamzam hanyalah sumur gali biasa (Dug Water Well). Tidak ada yang istimewa dibandingkan sumur gali lainnya. Namun demikian, sumur zamzam memiliki makna religi yang patut untuk dijaga kelestariannya. Sebab sumur zamzam adalah salah satu peradaban Islam yang harus dilestarikan. Apalagi, banyak hadis Nabi SAW yang menyatakan keutamaan dari air zamzam.
Sumur zamzam memiliki kedalaman sekitar 30,5 meter. Dari permukaan hingga kedalaman 13,5 meter, sumur zamzam menembus lapisan Alluvium Wadi Ibrahim. Lapisan ini merupakan lapisan pasir yang berpori. Lapisan ini berisi batu pasir hasil distirbusi dari lain tempat. Mungkin saja dahulu ada lembah yang dialiri sungai yang saat ini sudah kering. Atau dapat pula merupakan dataran rendah hasil runtuhan atau penumpukan hasil pelapukan batuan yang lebih tinggi topografinya.
Kemudian, dibawah lapisan Alluvial Wadi Ibrahim ini terdapat setengah meter (50 cm) lapisan yang sangat lulus air (permeable). Lapisan inilah yang merupakan tempat utama keluarnya air-air di sumur zamzam.
Dan dari lapisan permeable hingga kedalaman 17 meter kebawah, sumur ini menembus lapisan batuan keras yang berupa batuan beku Diorit. Batuan beku jenis Diorit sangat jarang ditemui di Indonesia atau di Jawa, namun banyak dijumpai di Jazirah Arab. Pada bagian atas batuan ini dijumpai rekahan-rekahan yang juga memiliki kandungan air. ''Dulu ada yang menduga retakan ini menuju laut Merah. Namun tidak ada laporan geologi yang menunjukkan hal itu. Atau barangkali saya yang belum menemukan,'' ungkap Rovicky Dwi Putrohari, Anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).
Dulunya, diatas sumur zamzam ini terdapat sebuah bangunan berukuran 8,3 meter kali 10,7 meter atau seluas 88,8 m2. Lalu pada tahun 1381-1388 H bangunan tersebut ditiadakan untuk memperluas tempat Thawaf jamaah haji. Sehingga tempat untuk meminum air zamzam dipindahkan ke ruang bawah tanah.
Dibawah tanah ini disediakan tempat minum air zamzam sebanyak 350 keran air, terdiri atas 220 keran untuk laki-laki dan 130 keran untuk perempuan). Dan ruang masuk antara laki-laki dan perempuan juga dipisahkan. Namun, saat ini tempat masuk ke ruang bawah tanah ini sudah ditutup. Sehingga ruang untuk melakukan ibadah Thawaf menjadi lebih luas. Bagi umat Islam yang teliti, pada saat Thawaf masih dapat dijumpai sebuah tanda tempat sumur zamzam berada. Sumur itu terletak kira-kira 20 meter sebelah timur Kabah.
Hujan Sumber Berkah
Kota Makkah secara geografis dan topografi terletak di daerah lembah yang cekung. Menurut SGS (Saudi Geological Survey), luas cekungan ini hanya seluas 60 kilometer persegi (km2). Tentu saja, jumlah ini tidak terlalu luas sebagai sebuah cekungan penadah hujan.
Sementara itu, posisi Kabah juga berada di lembah. Apabila dilihat dari Jabal Tsur yang berada pada ketinggian 300 meter dari permukaan laut (dpl), maka posisi Kabah tampak jelas berada di lembah yang paling rendah. Dan posisi sumur zamzam jauh berada dibawahnya.
Dengan luas area resapan air yang hanya sekitar 60 km2, tentunya sangat kecil untuk mampu menapung air hujan yang sangat langka terjadi di Makkah. Konon, hujan turun hanya sekali dalam setahun. Karena itu, hujan yang terjadi di kawasan ini akan menjadi berkah bagi masyarakat setempat. Pemerintah Arab Saudi pun berusaha untuk selalu menjaga dan merawat sumur zamzam yang dikenal sebagai sumur tertua di dunia ini.
Sebelum pemeliharaan sumur zamzam seperti sekarang ini, dahulu kala untuk mengambil air zamzam harus menggunakan timba. Tahun 1020 H, atas perintah Sultan Ahmad Khan, sumur zamzam dibangun mencapai kedalaman satu meter serta diberi terali besi untuk melindunginya. Sehingga masyarakat yang ingin mengambil air zamzam harus menggunakan timba.
Ratusan tahun berselang, dan semakin banyaknya keperluan pada air zamzam, pada tahun 1373 H/1953 M lalu dibangun pompa air. Pompa ini menyalurkan air dari sumur zamzam ke bak penampungan air, dan diantaranya juga ke keran-keran yang ada di sekitar sumur zamzam.
Selanjutnya, pemerintah Arab Saudi terus berusaha mengembangkan pelestarian sumur zamzam ini. Tahun 1415 H/1994 M, pemerintah Arab Saudi membentuk badan khusus yang bertugas mengawasi pemeliharaan sumur zamzam. Saat ini telah dibuat saluran untuk menyalurkan air zamzam ke tangki penampungan yang berkapasitas 15 ribu meter kubik (m3), dan disambungkan ke tangki lain di bagian atas Masjidil Haram guna melayani para pejalan kaki dan musafir. Selain itu air zamzam juga diangkut ke tempat-tempat lain menggunakan truk tangki diantaranya ke Masjidil Nabawi di Madinah Al-Munawarrah.
Saat ini sumur zamzam dilengkapi juga dengan pompa listrik yang tertanam dibawah (electric submersible pump). Kini, warga yang ingin bisa menyaksikan pompa-pompa itu melalui berbagai foto-foto dokumentasi badan Khusus Pemeliharaan Sumur Zamzam.
n sya/berbagai sumber
------000----
Kamis, 05 Februari 2009
Langganan:
Postingan (Atom)